PKBM PLS UPI

Ayo belajar … !!

Ciri Pembelajaran Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)

Ciri Pembelajaran Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)

Oleh, Dadang Yunus L, S.Pd.

Salah satu aktivitas PKBM/LifeskillsAda beberapa ciri dari pembelajaran pendidikan kecakapan hidup menurut Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) yaitu sebagai berikut:

  1. Terjadi proses identifikasi kebutuhan belajar.
  2. Terjadi proses penyadaran untuk belajar bersama.
  3. Terjadi keselarasan kegiatan belajar untuk mengembangkan diri, belajar usaha mandiri dan usaha bersama.
  4. Terjadi proses penguasaan kecakapan personal, sosial, vokasional, akademik, manajerial serta kewirausahaan.
  5. Terjadi proses pemberian pengalaman dalam melakukan pekerjaan dengan benar, hingga menghasilkan produk bermutu.
  6. Terjadi proses interaksi saling belajar dari para ahli.
  7. Terjadi proses penilaian kompetensi.
  8. Terjadi pendampingan teknis untuk bekerja atau membentuk usaha bersama.

Apabila dihubungkan dengan pekerjaan tertentu, life skills dalam lingkup pendidikan nonformal ditujukan pada penguasaan vokasional skills yang intinya terletak pada penguasaan keterampilan secara khusus (spesifik). Apabila dipahami dengan baik, maka dapat dikatakan bahwa life skills dalam konteks kepemilikan keterampilan secara khusus sesungguhnya diperlukan oleh setiap orang. Ini berarti bahwa program life skills dalam pemaknaan program pendidikan nonformal diharapkan dapat menolong mereka untuk memiliki harga diri mencari nafkah dalam konteks peluang yang ada di lingkungannya.

Februari 6, 2008 Posted by | Life Skills | Tinggalkan komentar

Kriteria, Sasaran dan Bidang Program Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)

Kriteria, Sasaran dan Bidang Program Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)

Oleh, Dadang Yunus L, S.Pd.

Salah satu aktivitas PKBM/LifeskillsKRITERIA

Kriteria dalam penyelenggaraan Program Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) ini harus meliputi :

  1. Penggalian berdasarkan karakteristik masyarakat dan potensi daerah setempat.
  2. Pengembangan berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan kelompok sasaran.
  3. Adanya dukungan dari pemerintah setempat.
  4. Prospektif untuk berkembang dan berkesinambungan.
  5. Ketersediaan nara sumber teknis dan prasarana untuk praktek keterampilan yang memadai.
  6. Memiliki dukungan lingkungan (perusahaan, lembaga pendidikan, dan lain-lain).
  7. Memiliki potensi untuk mendapatkan dukungan pendanaan dari berbagai sektor.
  8. Berorientasi pada peningkatan kompetensi keterampilan berusaha.

SASARAN

Adapun sasaran daripada penyelenggaraan Program Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) ini yaitu sebagai berikut :

  1. Diprioritaskan bagi masyarakat usia 16-44 tahun yang tidak Sekolah dan tidak bekerja.
  2. Warga belajar binaan SKB (Sanggar Kegiatan Belajar) atau warga masyarakat putus atau tamat SD/SLTP.
  3. Berasal dari keluarga miskin atau tidak mampu.
  4. Memiliki minat dan bakat tertentu.

BIDANG KERJA

Secara garis besar bidang-bidang yang dapat dijadikan rujukan dalam pengembangan program pendidikan life skills, antara lain:

  1. Produksi Ekstraktif.

Produksi ekstraktif yaitu pembelajaran yang memproduksi / menghasilkan suatu barang yang langsung diperoleh dari alam, seperti: perikanan, perhutanan, dan pertambangan.

  1. Produksi Agraris.

Produksi agraris yaitu pembelajaran yang mengolah tanah bagi kegiatan pertanian, seperti: tanaman pangan, sayuran, bunga dan buah-buahan serta pengembangan berbagai jenis ternak.

  1. Produksi Industri.

Produksi industri yaitu pembelajaran yang mengolah, merakit, memperbaiki, dan merekayasa suatu jenis bahan baku menjadi bahan setengah jadi maupun bahan yang setengah jadi menjadi bahan jadi.

  1. Produksi Perdagangan.

Produksi perdagangan yaitu pembelajaran melalui usaha perdagangan seperti berjual beli, melakukan usaha mandiri, analisis pasar, perhitungan laba-rugi dan pengembangan usaha.

  1. Produksi Jasa.

Produksi jasa yaitu pembelajaran yang melakukan kegiatan pelayanan berupa jasa yang diperlukan oleh pengguna jasa berdasarkan kriteria pelayanan yang disepakati, seperti jasa sopir, tata rias rambut dan wajah, penerjemah bahasa, konsultan teknik, pengajar dan pertukangan.

Berdasarkan bidang-bidang tersebut life skills bermaksud memberi kepada seseorang bekal pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan fungsional praktis serta perubahan sikap untuk bekerja dan berusaha mandiri, membuka lapangan kerja dan lapangan usaha serta memanfaatkan peluang yang dimiliki sehingga dapat meningkatkan kualitas kesejahteraannya. Program life skills dirancang untuk membimbing, melatih, dan membelajarkan warga belajar agar mempunyai bekal dalam menghadapi masa depannya dengan memanfaatkan peluang dan tantangan yang ada.

Februari 6, 2008 Posted by | Life Skills | Tinggalkan komentar

Tujuan Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)

Tujuan Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)

Oleh, Dadang Yunus L, S.Pd.

Salah satu aktivitas PKBM/LifeskillsA. Tujuan Umum

Pendidikan kecakapan hidup yang diselenggarakan melalui jalur pendidikan non formal bertujuan untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan, dan sikap warga belajar di bidang pekerjaan/usaha tertentu sesuai dengan bakat, minat perkembangan fisik dan jiwanya serta potensi lingkungannya, sehingga mereka memiliki bekal kemampuan untuk bekerja atau berusaha mandiri yang dapat dijadikan bekal untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

B. Tujuan Khusus

Memberikan pelayanan pendidikan kecakapan hidup kepada warga belajar agar :

1) Memiliki keterampilan, pengetahuan dan sikap yang dibutuhkan dalam memasuki dunia kerja baik bekerja mandiri (wirausaha) dan/atau bekerja pada suatu perusahaan produksi/jasa dengan penghasilan yang semakin layak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

2) Memiliki motivasi dan etos kerja yang tinggi serta dapat menghasilkan karya-karya yang unggul dan mampu bersaing di pasar global.

3) Memiliki kesadaran yang tinggi tentang pentingnya pendidikan untuk dirinya sendiri maupun anggota keluarganya.

4) Mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan sepanjang hayat (life long education) dalam rangka mewujudkan keadilan di setiap lapisan masyarakat.

Februari 6, 2008 Posted by | Life Skills | Tinggalkan komentar

Pengertian Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)

Pengertian Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)

Oleh, Dadang Yunus L, S.Pd.

Salah satu aktivitas PKBM/LifeskillsIstilah Kecakapan Hidup (life skills) diartikan sebagai kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan penghidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya (Dirjen PLSP, Direktorat Tenaga Teknis, 2003).

Brolin (1989) menjelaskan bahwa, “Life skills constitute a continuum of knowledge and aptitude that are necessary for a person to function effectively and to avoid interruptions of employment experience”. Dengan demikian life skills dapat dinyatakan sebagai kecakapan untuk hidup. Istilah hidup, tidak semata-mata memiliki kemampuan tertentu saja (vocational job), namun ia harus memiliki kemampuan dasar pendukungnya secara fungsional seperti : membaca, menulis, menghitung, merumuskan, dan memecahkan masalah, mengelola sumber daya, bekerja dalam tim, terus belajar di tempat kerja, mempergunakan teknologi (Satori, 2002).

Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills) lebih luas dari sekedar keterampilan bekerja, apalagi sekedar keterampilan manual. Pendidikan kecakapan hidup merupakan konsep pendidikan yang bertujuan untuk mempersiapkan warga belajar agar memiliki keberanian dan kemauan menghadapi masalah hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan kemudian secara kreatif menemukan solusi serta mampu mengatasinya.

Indikator-indikator yang terkandung dalam life skills tersebut secara konseptual dikelompokkan : (1) Kecakapan mengenal diri (self awarness) atau sering juga disebut kemampuan personal (personal skills), (2) Kecakapan berfikir rasional (thinking skills) atau kecakapan akademik (akademik skills), (3) Kecakapan sosial (social skills), (4) Kecakapan vokasional (vocational skills) sering juga disebut dengan keterampilan kejuruan artinya keterampilan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu dan bersifat spesifik (spesifik skills) atau keterampilan teknis (technical skills).

Menurut Jecques Delor mengatakan bahwa pada dasarnya program life skills ini berpegang pada empat pilar pembelajaran yaitu sebagai berikut:

  1. Learning to know (belajar untuk memperoleh pengetahuan).
  2. Learning to do (belajar untuk dapat berbuat/bekerja).
  3. Learning to be (belajar untuk menjadi orang yang berguna).
  4. Learning to live together (belajar untuk dapat hidup bersama dengan orang lain).

Februari 6, 2008 Posted by | Life Skills | Tinggalkan komentar

Peristilahan Umum dalam Program Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)

Peristilahan Umum dalam Program Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)

Salah satu aktivitas PKBM/LifeskillsMungkin diantara pembaca yang budiman, ada yang kurang familiar dengan peristilahan atau kosa kata yang sering digunakan dalam blog ini. Maka penulis terlebih dahulu akan menjelaskan beberapa istilah umum agar semua menjadi lebih jelas lagi bagi para pembaca. Sebagai langkah awal, berikut ini beberapa istilah yang kami coba jabarkan, yaitu:

  1. Program.

Program dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh perorangan, kelompok, dan atau organisasi (lembaga) yang memuat komponen-komponen program. Komponen-komponen program tersebut meliputi : tujuan, sasaran, isi, dan jenis kegiatan, proses kegiatan, waktu, fasilitas, alat, biaya, organisasi penyelenggara (Sudjana, 2000: 1).

  1. Pelatihan.

Pelatihan dapat dikatakan sebagai suatu proses yang menciptakan kondisi dan stimulus untuk menimbulkan respons terhadap orang lain, mengembangkan pengetahuan dan keterampilan (skills) sikap, menciptakan perubahan tingkah laku dan untuk mencapai tujuan yang spesifik (French Ministry of Work, Employee and Professional Trainning dalam Agus Darma 1994: 15).

  1. Pendidikan Kecakapan Hidup.

Pendidikan kecakapan hidup diartikan sebagai bimbingan terhadap kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan penghidupan secara wajar tanpa merasa tertekan kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya (Ditjen PLSP, Direktorat Tenaga Teknis, 2003).

  1. Sikap.

Sikap adalah keadaan mental dan syaraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respons individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya (G.W Allport, 1935 dalam DO Sears, 1999: 137).

  1. Perilaku.

Perilaku adalah reaksi yang diperlihatkan atau ditampilkan oleh individu baik yang bersifat sederhana maupun kompleks dalam merespon stimulus yang diterima (Saiful Azwar, 1998: 9).

  1. Kemandirian.

Kemandirian adalah sikap dan perilaku manusia yang meliputi “perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan/masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain” (Sutari Imam Barnadib, 1982). Pendapat tersebut juga diperkuat oleh Kartini dan Dali (1987) yang mengatakan bahwa kemandirian adalah “hasrat untuk mengerjakan segala sesuatu bagi diri sendiri”.

Februari 6, 2008 Posted by | Life Skills | Tinggalkan komentar

Empat Asumsi Dasar yang Menjadi Titik Bidik (Target)

Empat Asumsi Dasar yang Menjadi Titik Bidik (Target)

Salah satu aktivitas PKBM/LifeskillsDengan penyelenggaraan program Pendidikan Kecakapan Hidup yang dilakukan secara kontinyu dan berkesinambungan maka diharapkan terciptanya 4 (empat) asumsi dasar sebagai hasil yang dicanangkan. Keempat asumsi dasar tersebut adalah sebagai berikut :

1. Harus terciptanya dampak atau pengaruh (impact) menyangkut hasil yang dicapai peserta didik atau peserta pelatihan. Pengaruh ini meliputi: (a). perubahan taraf hidup yang ditandai perolehan pekerjaan/berwirausaha, perolehan atau peningkatan pendapatan, kesehatan dan penampilan diri, (b). kegiatan membelajarkan orang lain atau mengikutsertakan orang lain dalam memanfaatkan hasil belajar yang telah dimiliki (c). peningkatan partisipasi dalam kegiatan sosial dan pembangunan masyarakat baik partisipasi buah pikiran, tenaga, harta benda dan dana (D. Sudjana, 1996 : 35).

2. Sumber daya manusia membutuhkan pendidikan dan pelatihan agar dapat bekerja lebih efektif dan produktif. Produktifitas manusia tidak hanya dipengaruhi oleh peralatan yang digunakannya serta kekuatan fisiknya, namun juga amat ditentukan oleh pembekalan pengetahuan dan keterampilan sebagai modal untuk dapat bekerja produktif (Soeharsono,1981 :4).

3. Kegiatan belajar akan efektif apabila warga belajar merasa butuh untuk belajar, menyadari bahwa belajar itu penting bagi perubahan dirinya serta ikut ambil bagian secara efektif dalam merancang apa yang dipelajari dan merasakan manfaat apa yang dapat diperoleh dari kegiatan belajar itu (D. Sudjana, 1983: 100).

4. Semakin maju suatu negara semakin banyak orang yang terdidik, maka semakin pentingnya dunia wirausaha. Pembangunan akan lebih mantap jika ditunjang oleh wirausahawan yang handal, yang berarti juga bahwa wirausaha merupakan potensi pembangunan, baik dalam jumlah maupun dalam mutu wirausaha itu sendiri (Bukhori Alma, 1999:1).

Februari 6, 2008 Posted by | Life Skills | Tinggalkan komentar

Lima Masalah Pokok yang Menjadi Titik Sorot

Lima Masalah Pokok yang Menjadi Titik Sorot

Salah satu aktivitas PKBM/LifeskillsMulai dari studi awal kondisi masyarakat sampai dengan penyelenggaraan program Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills), teridentifikasi 5 (lima) masalah pokok yang kemudian menjadi titik sorot program kelanjutannya. Kelima masalah pokok tersebut yaitu sebagai berikut :

1. Peningkatan kualitas sumber daya manusia yang masih belum seimbang dilihat dari kualitas material dan kualitas spiritual.

2. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dalam memanfaatkan serta mengelola potensi sumber daya alam.

3. Kualitas kesejahteraan warga belajar (masyarakat) belum meningkat dikarenakan kemauan untuk berwirausaha masih rendah.

4. Pelatihan pendidikan kecakapan hidup (life skills) sebagai bekal utama warga belajar/masyarakat dalam optimalisasi sumber daya alam belum terselenggara secara optimal.

5. Peserta pelatihan yang mayoritas (sekitar 25%) tamatan pendidikan Sekolah Dasar dan termasuk dalam kategori keluarga miskin.

Februari 6, 2008 Posted by | Life Skills | Tinggalkan komentar

Latar Belakang Diselenggarakannya Pendidikan Kecakapan Hidup (Lifeskills) 5/5

Latar Belakang Diselenggarakannya Pendidikan Kecakapan Hidup (Lifeskills)

Bagian V (selesai)

Oleh, Dadang Yunus L, S.Pd.

Salah satu aktivitas PKBM/LifeskillsContoh Kasus :

Pelatihan pendidikan kecakapan hidup (life skills) keterampilan di Desa Sukawangi Kecamatan Warungkondang bertujuan memberikan seseorang bekal pengetahuan, keterampilan dan kemampuan fungsional praktis serta perubahan sikap untuk bekerja dan berusaha mandiri, membuka lapangan kerja dan lapangan usaha serta memanfaatkan peluang yang dimilikinya sehingga dapat meningkatkan kualitas kesejahteraannya. Apalagi mayoritas peserta pelatihan adalah mereka yang tamatan Sekolah Dasar (SD), serta termasuk dalam kategori keluarga miskin yang kurang mampu. Menurut sumber monografi Desa Sukawangi diperoleh data bahwa 25% dari total jumlah penduduk adalah tamatan SD dengan jumlah yaitu sekitar 1.697 orang dan tergolong dalam kondisi ekonomi yang lemah (kategori keluarga miskin).

Pelatihan kecakapan hidup merupakan suatu langkah penting dan perlu dilakukan dalam rangka mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan terampil sehingga diharapkan dapat mengurangi jumlah penduduk yang dikategorikan sebagai keluarga yang miskin atau kategori masyarakat kelas bawah. Dari hasil identifikasi bahwa pelatihan kecakapan hidup ini diikuti oleh 14 orang yang merupakan kategori masyarakat ekonomi bawah.

Oleh karena itu pemberdayaan dan pemberian potensi-potensi (baik SDM maupun SDA) yang ada di masyarakat perlu digali untuk menunjang program pendidikan masyarakat. Melalui program pelatihan pendidikan kecakapan hidup akan membawa konsekuensi pada keharusan melakukan penguatan manajemen baik yang berhubungan dengan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pelaksanaan pembinaan, evaluasi dan pengembangan program. Maka dalam hal ini modal dasar warga belajar sebelum mengikuti pelatihan ini diduga kuat merupakan bagian yang turut memberikan kelancaran dalam mengikuti program pelatihan kecakapan hidup keterampilan.

Sehingga sebagus apapun program pelatihan yang disiapkan apabila tidak didukung oleh kemampuan dasar dalam aspek intelektual, emosional dan spiritual dari warga belajar, maka ada kecenderungan implementasi program pelatihan kecakapan hidup keterampilan tidak akan berpengaruh banyak terhadap perubahan sikap dan prilaku serta kemandirian berwirausaha. Kemandirian berusaha memiliki aspek sikap, mental, kecakapan dan keterampilan berusaha, diaplikasikan dalam kehidupan nyata sebagai kecakapan hidup yang bisa membawa diri ke arah lebih maju dan berkembang secara normatif.

Februari 6, 2008 Posted by | Life Skills | Tinggalkan komentar

Latar Belakang Diselenggarakannya Pendidikan Kecakapan Hidup (Lifeskills) 4/5

Latar Belakang Diselenggarakannya Pendidikan Kecakapan Hidup (Lifeskills)

Bagian IV (dari 5 bagian)

Oleh, Dadang Yunus L, S.Pd.

Salah satu aktivitas PKBM/LifeskillsPendidikan kecakapan hidup (life skills) sebagai salah satu satuan program dari pendidikan nonformal memiliki peran yang urgen dalam rangka membekali warga belajar agar dapat hidup secara mandiri. Ditjen PLS Depdiknas dalam Pedoman Program Life Skills (2007 : 2) menggambarkan bahwa program pendidikan kecakapan hidup ini secara khusus bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada peserta didik agar : 1) Memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan dalam memasuki dunia kerja baik bekerja secara mandiri (wirausaha) dan/atau bekerja pada suatu perusahaan produksi/jasa dengan penghasilan yang semakin layak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, 2) Memiliki motivasi dan etos kerja yang tinggi serta dapat menghasilkan karya-karya yang unggul dan mampu bersaing di pasar global, 3) Memiliki kesadaran yang tinggi tentang pentingnya pendidikan untuk dirinya sendiri maupun untuk anggota keluarganya, 4) Memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan dalam rangka mewujudkan keadilan pendidikan di setiap lapisan masyarakat.

Program pendidikan kecakapan hidup sebagai salah satu bagian dari pembangunan berkelanjutan (sebagai strategi) menghendaki pengelolaan semua kekayaan yang berupa Sumber Daya Alam (SDA), tenaga, manusia, keuangan dan fisik digunakan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang. Sehingga peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dapat terlihat dari kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Kesiapan yang dimaksud adalah merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon, dan hal inilah yang menjadi salah satu tolak ukur melihat perubahan sikap yang terjadi pada individu tersebut.

Secara kelas, kuantitas dari kalangan masyarakat ekonomi bawah di Indonesia masih sangat tinggi, hal ini bisa dilihat dari jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan yang menunjukkan angka 80 juta orang serta jumlah pengangguran tahun 2001 sebanyak 36,9 juta orang (8%) dan angka ini akan terus semakin bertambah setiap tahunnya (Ditjen PLSP : 2003 : 4).

Hal ini diperkuat dengan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat yang telah melakukan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan pada Juli 2005, dimana jumlah penduduk miskin sebanyak 5,14 juta orang atau 13,06% dari jumlah penduduk. Jumlah tersebut naik menjadi 5,46 juta orang atau 13,55% dari jumlah penduduk, pada Maret 2007 (Koran Sindo, 02/08/07).

Melalui kegiatan pelatihan diharapkan dapat diatasi ketimpangan antara keadaan saat ini (jumlah pengangguran) dengan keadaan yang diharapkan di masa mendatang (berkurangnya jumlah pengangguran). Bagi individu kegiatan pelatihan yang diikuti diharapkan akan dapat mengatasi kekurangan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki dengan persyaratan pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki baik untuk bekerja pada suatu lembaga atau perusahaan untuk mengadakan kegiatan mandiri berupa wiraswasta dan lain sebagainya

Februari 6, 2008 Posted by | Life Skills | Tinggalkan komentar

Latar Belakang Diselenggarakannya Pendidikan Kecakapan Hidup (Lifeskills) 3/5

Latar Belakang Diselenggarakannya Pendidikan Kecakapan Hidup (Lifeskills)

Bagian III (dari 5 bagian)

Oleh, Dadang Yunus L, S.Pd.

Salah satu aktivitas PKBM/LifeskillsSelanjutnya definisi dan fungsi dari Pendidikan Non Formal sebagaimana yang tercantum di dalam UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 yaitu :

“Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan yang diselenggarakan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstrukur dan berjenjang. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional” (UU. Sisdiknas, 2004 : 23-2).

Dari penjelasan di atas Pendidikan Luar Sekolah (PLS) memiliki peran yang urgen di tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berlangsung semakin cepat, sehingga menimbulkan kebutuhan yang beraneka ragam dalam hal peralihan informasi, pengetahuan serta keterampilan guna pengembangan potensi peserta didik, dengan menyeimbangkan antara pengetahuan dan keterampilan fungsional.

Satuan PLS atau Pendidikan Nonformal terdiri atas : lembaga kursus atau pelatihan; Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM); Majelis Taklim; serta satuan pendidikan yang sejenis berupaya menjembatani pemenuhan kebutuhan yang beraneka ragam tersebut.

Peserta didik atau warga belajar yang merupakan Sumber Daya Manusia (SDM) tidak hanya menjadi konsumen Sumber Daya Alam (SDA) melainkan juga menjadi sumber daya bagi manusia itu sendiri. Sumber daya yang ada pada dirinya dapat dimanfaatkan yang meliputi tenaga fisiknya, pikirannya dan pengaruhnya (kepemimpinannya). Tentang kemampuan SDM serta peningkatan taraf hidup masyarakatnya, Philip H. Coombs dan Manzoor Ahmed (1973 : 15) mengemukakan bahwa : “Untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat perlu diimbangi pemenuhan kebutuhan makan dan sandang setaraf dengan peningkatan jumlah penduduk. Untuk mewujudkan itu masyarakat perlu didorong untuk belajar meningkatkan produktifitasnya”.

Dengan demikian peningkatan kualitas SDM dalam bidang pendidikan merupakan tanggungjawab bersama antar keluarga, masyarakat dan pemerintah. Sementara dalam PLS sendiri pelaksanaan programnya selalu berdasarkan kebutuhan yang ada di masyarakat dan berorientasi pada relevansi dengan arah dan tujuan pembangunan nasional. Tujuan dan program PLS berorientasi pada waktu pendidikan yang singkat, isi program berpusat pada lulusan dan kepentingan perorangan, menekankan pada pelatihan dan praktek, persyaratan masuk ditentukan bersama peserta didik, serta penyajiannya dilakukan dalam lingkungan peserta didik, berpusat pada peserta didik, pengawasan diatur sendiri, dan demokratis (Djudju Sudjana, 1993 : 13).

Februari 6, 2008 Posted by | Life Skills | Tinggalkan komentar